BELA RASA KORBAN BANJIR, KAPUAS, KALTENG

 

Palangka Raya, 18 Juni 2017

Musim hujan di Kalimantan tahun terakhir tak teratur. Mestinya saat ini sudah berakhir dan memasuki musim kemarau. Namun hujan di beberapa wilayah di Kalimantan masih terus mengguyur. Akibatnya bencana banjir pun tak terhindarkan. Dan, kali ini di wilayah aliran anak sungai Barito dan Kapuas merendam perkampungan di sekitar. Banyak rumah warga tergenang air hingga 1 sampai 2 minggu.

Terhadap kondisi ini, TIM Emergency Response (ER) Kalteng yang terdiri dari kerjasama JPIC Kalimantan, Caritas Keuskupan Palangkaraya dan Karina KWI berupaya terlibat dalam aksi bela rasa membantu para korban. Tercatat misalnya di Kabupaten Kapus, dari 12 desa yang ada di 2 kecamatan, yaitu Kec. Kapuas Tengah dan Mentangai ada sekitar 1422 KK mengalami genangan banjir. 

Setelah melakukan assessment, Tim Er kemudian melakukan evaluasi hingga dan mendapatkan angka 743 KK yang direncanakan dibantu. Data tersebut terus dievaluasi lagi dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada, kemudian diputuskan untuk membantu 478 KK yang ada di 2 desa. Hal ini dilakuan bedasarkan data dan masukan yang diperoleh dari masyarakat setempat; yaitu desa Merapit yang memiliki 6 RT dan meliputi Desa Merapit dan Trans Merapit, Kecamatan Kapuas Tengah. Sedangkan untuk Desa Tumbang Moroi, meliputi Dusun Telok Kajang dan Dusun Tumbang Kalanis, Kecamatan Mantangai. Desa ini digenangi air setinggi 50 cm – 1 meter lebih. Adapun dua wilayah yang terdampak bencana ini memiliki ketinggian air yang rata-rata sama.

Atas support dari KARINA KWI, TIM ER Kalteng kemudian mempersiapkan bahan bantuan yang akan diantar dan didistribusikan. Perjalanan menuju daerah korban melalui darat dan air. Destinasi pendistribusian tim ER Kal-Teng di pusatkan di 2 kecamatan yaitu, Kecamatan Mantangai yang meliputi 2 desa ; Tumbang Moroi dan Tumbang Kalanis dan Kecamatan Kapuas Tengah yang meliputi Desa Merapit dan Pujon seberang.

Adapun tujuan dari pendistribusian bantuan ini adalah untuk membantu meringankan beban warga masyarakat yang terdampak banjir di beberapa wilayah kecamatan tersebut.  Karena pasca bencana banjir terjadi, akses jalan menjadi terputus dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda 2 dan roda 4. Sehingga akhirnya warga masyarakat terpaksa harus bepergian melalui jalur air.  Putusnya akses jalan ke desa desa ini mengakibatkan warga terdampak bencana kesulitan untuk bisa mendapatkan pasokan sembako untuk kehidupan mereka sehari hari.

Dari keseluruhan desa yang telah di targetkan untuk mendapatkan bantuan ada satu desa yang sangat membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak, yaitu desa Tumbang Kalanis, Kec. Mentangai. Desa ini tidak dapat diakses melalui jalur darat, hanya bisa di akses melalui jalur air dan desa ini juga tidak punya fasilitas kesehatan juga pendidikan. Itulah yang menyebabkan banyak anak-anak di desa tersebut putus sekolah.  

Ke depan perlu dilakukan sebuah riset integrative untuk memastikan upaya pencegahan banjir lebih dini dan bantuan kesehatan serta pendidikan yang diperlukan di desa-desa terpencil. (RED-07)