Category ""
-
PETANI DI TENGAH BADAI: KRISIS IKLIM, IMPOR PANGAN, DAN ANCAMAN KELAPARAN
Petani adalah tulang punggung bangsa. Petani menanam padi, jagung, sayur, buah, kopi, dan kakao. Petani memberi makan keluarga Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Namun petani justru hidup dalam kerentanan di kampung-kampung. Krisis iklim mengubah musim dan pola tanam petani. Kebijakan impor mengubah harga dan psikologi pasar di desa. Kelaparan mengintai keluarga miskin pedesaan dan pinggiran kota. Petani berdiri di tengah badai yang datang dari banyak arah. Badai itu bukan hanya cuaca. Badai itu juga kebijakan, pasar, dan struktur . . .
Pandangan Masyarakat Dayak tentang Alam dan Dinamikanya Hingga Kini
Alam sebagai Rumah Bersama Di Kalimantan, cara pandang Dayak terhadap alam - hutan, sungai, tanah, langit - bukan sekadar ekologi, melainkan ontologi: alam adalah rumah kosmis tempat manusia, leluhur, dan Sang Pencipta saling berelasi. Di tengah krisis iklim dan erosi keanekaragaman hayati global, cara pandang ini relevan karena menempatkan alam sebagai subjek moral - bukan objek eksploitasi. Lintasan sejarah kolonialisme, konsesi kayu dan tambang, ekspansi sawit, serta proyek infrastruktur modern telah mengubah intensitas relasi . . .
Petani Tidak Bebas Menanam: Strategi Monsanto dan Pertaruhan Kedaulatan Benih Dunia
“Siapa yang menguasai benih, ia menguasai kehidupan.” Ungkapan ini semakin relevan ketika kita melihat strategi korporasi raksasa seperti Monsanto (kini bagian dari Bayer) dalam mengendalikan pasar benih dunia. Benih yang selama ribuan tahun diwariskan, disimpan, dan ditukar secara bebas oleh petani, kini dipagari oleh paten, kontrak, dan aturan hukum yang mengekang. Di balik slogan “kemajuan teknologi pertanian,” tersimpan agenda monopoli. Petani bukan lagi subjek yang merdeka, melainkan sekadar pengguna . . .
PLATFORM AGROEKOLOGI: RUMAH BESAR KEDAULATAN PANGAN KALIMANTAN
Oleh Sani Lake Kalimantan hari ini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, hutan, tanah, dan airnya menyimpan sumber kehidupan yang tak ternilai. Di sisi lain, gempuran tambang batubara, perkebunan sawit, food estate, dan proyek ekstraktif telah menekan ruang hidup masyarakat adat dan petani. Dalam situasi krisis iklim dan krisis pangan global, muncul pertanyaan mendasar: bagaimana rakyat Kalimantan dapat mempertahankan haknya atas pangan sehat, tanah, dan lingkungan hidup yang berkelanjutan? Jawabannya bisa kita temukan . . .
Sidebar
PETANI DI TENGAH BADAI: KRISIS IKLIM, IMPOR PANGAN, DAN ANCAMAN KELAPARAN


